Kemenangan Turki dalam perang salib mengakibatkan kota pelabuhan Konstantinopel yang semuala dikuasai oleh Romawi Timur diambil alih oleh Turki. Sejak saat itulah Turki melarang pedagang Eropa lain untuk berdagang di pelabuhan Konstantinopel. Larangan ini mengakibatkan pasokan rempah-rempah di Eropa berkurang.
Kekurangan pasokan rempah-rempah di Eropa berakibat pada mahalnya harga rempah-rempah. Para pedagang yang berjiwa petualang ingin menemukan sendiri sumber rempah-rempah itu. Hal inilah yang mendorong pedagang dan penjelajah bangsa Barat, seperti Bangsa Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris untuk berlayar ke Timur.
1. KEDATANGAN BANGSA BARAT DI INDONESIA
Karena ingin mencari sumber rempah-rempah, bangsa barat berlomba-lomba berlayar ke Timur dan sampailah mereka di Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah menimbulkan niat untuk menguasai kekayaan alam Indonesia tersebut. Inilah sikap bakal munculnya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
Kolonialisme
Kolonilalisme adalah paham yang bertujuan menguasai daerah atau bangsa lain untuk memperluas wilayah kekuasaanya dengan menjadikannya koloni.
Pada masa revolusi industri, industri-industri yang membutuhkan bahan baku dari timur bermunculan di Eropa. Keberhasilan revolusi industri membuat kebutuhan bahan baku industri di Eropa semakin tinggi. Jatuhnya konstantinopel, tingginya bea masuk dalam perdagangan sistem merkantilisme, dan dorongan kapitalisme yang ingin menguasai hal-hal yang dapat membawa keuntungan maksimal bagi negaranya mendorong bangsa Barat untuk mendatangi sumber-sumber bahan baku industri tersebut dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan mereka.
Imperialisme
Imperialisme merupakan suatu paham yang bertujuan menjajah negara lain guna mendapatkan kekuasaan dan keuntungan. Imperialisme kuno terjadi sebelum revolusi industri dengan tujuan mendapatkan logam mulia (gold), mendapatkan kejayaan bangsa (glory), dan menyebarkan ajaran Alkitab (gospel). Imperialisme modern yang terjadi pasca-revolusi industri memiliki 3 tujuan sebagai berikut:
1. Mendapatkan daerah penghasil bahan baku industri
2. Mendapatkan daerah pemasaran hasil industri
3. Mendapatkan daerah untuk investasi jangka panjang
A. Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia
Tahun 1942, Columbus memulai misi perjalanan untuk menemukan Kepulauan Hindia yang dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Ketika mendarat di sebuah daerah (yang kini dikenal sebagai kepulauan Bahama di Benua Amerika), Columbus mengira telah mencapai Hindia. Daerah tersebut selanjutnya dianggap sebagai daerah jajahan Spanyol. Misipun diteruskan sampai ke Meksiko.
Tahun 1521, armada Spanyol di bawah pimpinan Sebastian Del Cano mendarat di Malukudan membeli banyak rempah-rempah. Rempah-rempah itu dibawa ke Spanyol dengan kapal Victoria. Berita keberhasilan Sebastian Del Cano menemukan sumber rempah-rempah menjadi pembicaraan luas di Spanyol. Sejak saat itu, kapal-kapal Spanyol berduyun-duyun datang ke Maluku.
Selain misi ekonomi, penjelajahan spanyol juga membawa misi untuk menyebarkan agama Katolik. Seorang pastor bernama Fransiscus Xaverius menyebarkan agama Katolik di Ambon, Ternate, dan Morotai. Namun keberadaan Spanyol di Maluku tidak berlangsung lama karena Portugis terlebih dahulu menguasai kepulauan Maluku.
B. Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
Pelayaran bangsa Portugis dipimpin oleh Bartholomeus Diaz, berhasil mencapai tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Benua Afrika.
Pelayaran berikutnya di pimpin Vasco da Gama yang mendarat di Calicut, India pada tahun 1498. Dari India, Portugis mengirim misi ekspedisi pelayaran ke timur tahun 1510 di bawah pimpinan Alfonso de Albuequerque.
Ketika tiba di Goa, ia mendapat kabar dari pedagang Gujarat dan Arab tentang kekayaan daerah Malaka. Mendengar berita tersebut, Alfonso de Albuequerque pun menyerang Malaka dan berhasil menguasainya tahun 1511. Portugis meneruskan perjalanan ke Timur di bawah pimpinan Francisco Serro. Akhirnya bangsa Portugis sampai di Ternate, Maluku, tahun 1512.
Setelah menguasai Malaka dan Maluku, Portugismelebarkan sayapnya ke Pulau Sumatra yang kaya lada. Namun, upaya tersebut kurang berhasil karena terhalang oleh Kerajaan Aceh yang mendominasi jalur perdagangan lada di Sumatra. Portugis juga ingin melebarkan sayap perdagangannya ke Pulau Jawa. Mereka berhasil menjalin hubungan dagang dengan Blangbangan, Pasuruan, dan daerah sekitarnya.
C. Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia
Pada awalnya, Bangsa Portugis berusaha merahasiakan rute perdagangan ke Benua Asia. Namun, rute itu dibocorkan seorang Belanda yang ikut dalam pelayaran perdagangan, yaitu Jan Huygen Van Linschoten. Ia menerbitkan catatan perjalanan berjudul “Catatan Perjalana ke Timur atau Hindia Portugis.” (Itinerario naet Oost ofte Portugaels Indien). Buku ini dilengkapi peta-peta, gambaran wilayah, dan jenis barang yang diperdagangkan. Berdasarkan buku itulah, pelayaran dagang Belanda menuju Asia tahun 1595 dialkukan.
Pelayaran itu terdiri dari empat kapal yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Mereka tiba di Banten bulan Juni 1596 dan terus bergerak ke Timur menuju kepulauan Maluku. Armada Cornelis de Houtman berhasil mengangkut rempah-rempah dalam jumlah yang sangat besar. Kabar keberhasilan mereka mendapat rempah-rempah menyebar dengan cepat ke seluruh negeri Belanda. Sejak saat itulah pelayaran dagang bangsa Belanda berdatangan ke Indonesia.
D. Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia
Tahun 1600, Ratu Elizabeth I dari inggrismerintis pelayaran dagang ke duania timur. Untuk itu, Ratu Elizabeth memberi hak kepada Maskapai Hindia Timur (The East India Company atau EIC) berpusat di India untuk berlayar ke timur. Armada pelayaran dagang tersebut dipimpin oleh Sir James Lancaster. Mereka tiba di Aceh pada tahun 1602, lalu meneruskan perjalanan ke Banten dan membangun kantor dagang di sana. Mereka berhasil pulang ke Inggris dengan membawa banyak rempah-rempah.
Pelayaran dagang berikutnya dipimpin oleh Sir Henry Midletton tahun 1604 dan berhasil mendarat daerah Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda di Maluku. Namun, Inggris mendapat saingan dari Belanda yang terlebih dahulu ada di sana. Untuk menghindari persaingan itu, pelayaran dagang Inggris berusaha mencari rempah-rempah di pelabuhan lain, seperti di Sukadana (Kalimantan Barat), Makasar, Jayakarta, Jepara, Pariaman, Jambi dan Aceh.
Tahun 1811, pasukan Inggris menyerang wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Belanda tidak bisa berbuat banyak dan menyerahkan wilayah-wilayah yang dikuasainya. Thomas Stamford Raffles pun diangkat sebagai Gubernur jendral di Hindia Belanda. Namun berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris harus mengembalikan Hindia Belanda ke Pemerintah Belanda. Kewajiban ini baru terlaksana tahun 1816.
2. MASUKNYA KEKUASAAN ASING DI INDONESIA
Kedatangan bangsa asing di Indonesia semula bertujuan ingin berdagang rempah-rempah. Namun, kekayaan alam Indonesia yang berlirnpah membuat mereka mengubah tujuan menjadi ingin menjajah.
1. Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia
Tahun 1511, armada penjelajah Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Alberqueque tiba di Malaka. Mereka berperang melawan Sultan Malaka, yaitu Sultan Mahmud Syah (1488-1528). Setelah Malaka berhasil dikuasai Portugis, perdaganganpun dimonopoli dan dikuasai oleh Portugis.
Bangsa Portugis melanjutkan perjalanan dari pulau Hitu ke Temate, Maluku, dengan tujuan menguasai daerah penghasil rempah-rempah. Awalnya, kedatangan bangsa Portugis disambut baik oleh raja Temate, karena bangsa Portugis membantu Temate melawan Tidore.
Praktik monopoli perdagangan cengkih yang dilakukan Portugis merugikan Ternate. Lama kelamaan penguasa Temate pun menolak bangsa Portugis. Puncak penolakan terjadi setelah Sultan Hairun di bunuh oleh Portugis. Rakyat Temate marah dan menyerang Portugis dibawah pimpinan Baabullah, putra Sultan Hairun. Bangsa Portugis dapat diusir dari wilayah Maluku tahun 1575.
Setelah terusir dari Kepulauan Maluku, armada Portugis berlayar menuju Sumatra dan Jawa. Di Jawa, armada Portugis menjalin kontak dagang dengan Pasuruan. Blambangan, Banyuwangi, Solo, Yogyakarta, dan Banten.
Di Sumatra, bangsa Portugis mencoba menguasai perdagangan lada dan cengkih, namun usahanya gagal karena kuatnya dominasi Kerajaan Aceh.
2. Kekuasaan VOC di Indonesia
Harga rempah-rempah di Eropa yang sangat mahal memben keuntungan besar bagi pedagang. Hal itu mendorong para pedagang di Belanda berlornba-lornba berlayar ke Maluku yang menghasilkan rernpah-rempah.
Pemerintah Belanda tidak tinggal diam. Tahun 1598, Parlemen Belanda (Staten Generaal) mengusulkan agar semua perusahaan pelayaran membentuk sebuah kongsi dagang. Usul itu terlaksana bulan Maret 1602 dengan terbentuknya Perserikatan Maskapai Hindia Timur (Vereenigde Oost lndische Compagnie atau biasa disebut VOC) yang bermarkas di Amsterdam.
Untuk mendukung keberadaan VOC, parlemen Belanda memberi hak Oktrooi, yang isinya sebagai berikut.
a. Hak memonopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika.
b. Hak memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan.
c. Hak untuk mengadakan perang dan menjajah.
d. Hak sebagai wakil pemerintah Belanda di Indonesia.
e. Hak untuk mengikat perjanjian dengan raja-raja di Indonesia.
f. Hak untuk mengangkat pegawai.
g. Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
h. Hak untuk memungut pajak.
VOC tumbuh menjadi sebuah kongsi dagang besar dan berhasil memonopoli perdagangan di Indonesia. Untuk memperlancar urusan pemerintahan, diangkatlah seorang gubernur jenderal VOC di Indonesia. •
Dalam memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia voe memberlakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Hak Eksteerpasi, yaitu hak untuk mengurangi hasil rempah-rempah dengan cara menebang atau memusnahkannya bila perlu. Tujuannya agar penawaran rempah-rempah terkendali dengan harga yang tetap menguntungkan VOC.
b. Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan) yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan monopoli perdagangan di Indonesia. Jika petani menjual rempah-rempahnya kepada pihak selain VOC, maka petani tersebut ditangkap dan rempah-rempahnya dibakar.
Kongsi dagang VOC banyak memberi keuntungan kepada pemerintah Belanda sehingga pemerintah Belanda menjadi kaya.
Namun kejayaan VOC tidak berlangsung lama. VOC mengalami kemunduran pada akhir abad XVIII. Sebab-sebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut.
a. Banyak pegawai VOC melakukan penyeIewengan untuk memperkaya diri-sendiri (korupsi)
b. wilayah Indonesia yang luas memerlukan biaya besar untuk mengelolanya.
c. Biaya perang untuk menumpas perlawanan sporadis suku-suku di Indonesia sangat besar.
d. Persaingan dengan kongsi dagang negara lain, misalnya EIC milik pemerintah Inggris, semakin tajam.
Pada akhir masa jayanya, kongsi dagang tersebut memiliki utang sekitar I 36 juta Gulden yang tidak sanggup dibayarnya. Akhirnya, pemerintah Belanda memutuskan untuk membubarkan VOC pada 31 Desember 1799. Semua harta VOC di Indonesia menjadi milik Kerajaan Belanda. Utang-utangnya pun diambil alih oleh pemerintah Belanda. Dengan demikian, kendali pengaturan wilayah Indonesia dilakukan langsung oleh pemerintah Kerajaan Belanda.
3. Kekuasaan Prancis di Indonesia Masa Gubernur Jendral Daendels
Di Eropa, terjadi perang antara negara Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte melawan negara- negara Eropa. Prancis berhasil mengalahkan Belanda dan menguasai wilayah Jajahannya. Dengan peralihan kekuasaan dari Belanda ke Prancis, wilayah pendudukan Belanda menjadi wilayah kekuasaan Prancis, termasuk Indonesia.
Pada waktu itu, wilayah Semenanjung Malaya telah dikuasai Inggris. Untuk mencegah wilayah Indonesia jatuh ke tangan lnggris, Prancis mengangkat Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal Belanda di Indonesia tahun 1808. Daendels memiliki tugas utama mempertahankan Pulau Jawa dari serangan lnggris karena saat itu Inggris sedang berperang rnelawan Prancis. Perhatian utama Daendels adalah bidang pertahanan, misalnya:
a. Mernbangun jalan dari Anyer sampai Panarukan yang panjangnya kurang lebih 1.100 km. Tujuannya untuk melancarkan mobilitas militer di Pulau Jawa dan untuk mengangkut hasil pertanian;
b. Melaksanakan sistem kerja rodi untuk pekerjaan yang bersifat umum, termasuk pembangunan jalan;
c. Membangun angkatan perang, misalnya armada laut di Ujung Kulon, Banten;
d. Mencampuri urusan intern kerajaan-kerajaan di Indonesia dan mempengaruhi raja-raja di Indonesia;
e. Menjalankan sistem pemerintahan diktator agar rakyat Indonesia tidak mengadakan perlawanan;
f. Mencari keuntungan besar melalui perdagangan budak.
Sepak terjang Herman Willem Daendels menyengsarakan rakyat Indonesia dan memunculkan perlawanan di setiap daerah. Keadaan ini temyata juga didengar oleh Kerajaan Belanda. Untuk meredam masalah, Herman Willem Daendels ditarik ke Belanda tahun 1811. Sebagai gantinya, diangkatlah Jansens sebagai gubernur jenderal yang baru. Pada masa pemerintahan Jansens, Inggris menyerbu Batavia. Dalam pertempuran tersebut, tentara Belanda kalah dan akhirnya menyerah tanggal 18 September 1811. Jansens harus menandatangani Kapitulasi Tuntang yang berisi penyerahan Batavia kepada Inggris.
Maskapai dagang Inggris, East Indian Company (EiC), mewakili pemerintah lnggris di Indonesia. Mereka mengangkat Sir Thomas Stamford Raffles menjadi gubernur jenderal di Indonesia. Langkah-langkah yang dilakukan Stamford Raffles antara lain sebagai berikut.
a. Membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.
b. Mengurangi kekuasaan bupati dengan mengangkat bupati menjadi pegawai pemerintah.
c. Menghilangkan sama sekali bentuk kerja paksa atau rodi.
d. Menghapus Pelayaran Hongi model VOC.
e. Melarang perbudakan karena tidak sesuai dengan semangat liberalisme.
f. Menghapus segala macam bentuk penyerahan (upeti).
g. Memungut sewa tanah sebab tanah dianggap sebagai milik negara. .
h. Melaksanakan sistem penjurian dalam peradilan.
Raffles juga banyak berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan, antara lain sebagai berikut.
a. Meneliti tumbuh-tumbuhan dan menamai bunga temuannya Rafflesia Arnoldi.
b. Membangun Kebun Raya Bogar yang berisi tanaman tropis Indonesia.
c. Menulis buku History of Java yang berisi sejarah budaya Pulau Jawa.
5. Kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia
Setelah Prancis kalah perang, NapoJeon harus menandatangani Konvensi London tahun 1814. Isi konvensi tersebut adalah Prancis harus mengembalikan status negara-negara jajahannya ke kedudukan semula sebelum ada penyerangan Napoleon. Indonesia harus diserahkan kembali pada Belanda. Penyerahan itu dilakukan tahun 1814. Akan tetapi, Pulau Bangka, Pulau Belitung. dan Bengkulu tidak ikut diserahkan.
Penyerahan kembali tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia yang kemudian mengadakan perlawanan. Misalnya Perang Diponegoro, Perang Aceh, Perang Paderi, dan Perang Pattimura.
Peperangan memaksa pemerintah Belanda mengeluarkan anggaran biaya pertahanan yang besar. Kas pemerintah Belanda pun menjadi kosong. Salah satu upaya pemerintah kolonial Belanda untuk mengisi kas kosong tersebut adalah menugaskan ahli ekonomi Belanda, Van den Bosch, untuk menangani perekonomi Indonesia. Van den Bosch mengusulkan pemberlakuan sistem Cultuur Stelsel atau tanam paksa di Pulau Jawa. Usulan itu mendapat persetujuan dari parlemen Belanda. Mulailah pelaksanaan sistem tanam paksa di Indonesia tahun 1830. Ketentuan-ketentuan sistem tanam paksa antara lain sebagai berikut.
a. Seperlima bagian tanah milik rakyat yang subur wajib dijadikan Iahan bagi tanaman ekspor. Tanaman yang hams dibudidayakan antara lain teh, tebu, tembakau, merica, kayu manis, nila, kapas, dan tanaman Iain yang Iaku dijual di pasaran Eropa.
b. Tanah tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak.
c. Hasil panen diserahkan kepada pemerintah Belanda.
d. Apabila taksiran harga hasil panen melebihi pajak, maka kelebihannya itu menjadi hak rakyat.
e. Kegagalan panen ditanggung oleh pemerintah.
f. Tenaga kerja yang digunakan tidak boleh melebihi tenaga kerja yang digunakan untuk menanam padi.
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, ketentuan di alas banyak yang dilanggar untuk memperbesar keuntungan pemerintah Belanda. Ketentuan yang dilanggar antara lain sebagai berikut.
a. Tanah yang dijadikan lahan tanaman ekspor tidak hanya seperlima bagian, tetapi seluruhnya.
b. Lahan yang ditanami tanaman ekspor tetap dipungut pajak.
c. Kegagalan panen ditanggung oleh rakyat sendiri bukan pemerintah.
d. Jika taksiran hasil panen melebihi pajak, maka kelebihan itu tidak diberikan kepada rakyat.
e. Tenaga yang digunakan untuk tanam paksa melebihi tenaga untuk menanam padi. Hal ini disebabkan umur tanaman untuk tanam paksa lebih panjang.
Pengaruh Pemberlakuan Tanam Paksa
Kebijakan Tanam Paksa berpengaruh terhadap pemerintah Belanda maupun rakyat Indonesia. Harga pokok hasil pertanian tanam paksa sangat rendah, padahal harga jualnya sangat tinggi. Akibatnya, kerajaan Belanda menjadi negara kaya. Tanam paksa membuat rakyat Indonesia sangat menderita dan kelaparan. Sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengurus tanaman paksa sehingga tanaman padi mereka jadi terlantar. Sisi baiknya, petani Indonesia mulai mengenal jenis tanaman baru yang diunggulkan sebagai kornoditas ekspor.
Akibat Pelaksanaan Tanam Paksa
Tidak semua bangsa Belanda setuju dengan sistem ini. Ada juga pihak-pihak yang menentang pelaksanaan tanam paksa di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1) Kelompok Pemilik Modal
Kelompok pemilik modal atau kaum kapitalis mendesak pemerintah agar menghapuskan sistem tanam paksa. Sebagai gantinya, para pemilik modal meminta agar diizinkan masuk ke Indonesia. Desakan kaum kapitalis itu berhasil membuat pemerintah Belanda menerapkan kebijakan politik Pintu Terbuka. Artinya, para pemilik modal swasta diizinkan masuk ke Indonesia untuk menanamkan modalnya
2) Golongan Humanis di Belanda
Eduard Douwes Dekker
Eduard Douwes Dekker sebelumnya merupakan biroktat pemerintah belanda yang iba melihat penderitaan rakyat indonesia. Dengan nama samaran Multatuli, Douwes Dekker menceritakan pelaksanaan sistem tanam paksa dalam sebuah buku yang berjudul Max Havelaar. Berkat buku inilah , golongan humanis Belanda mengetahui dan berempati terhadap penderitaan rakyat Indonesia.
Van de Venter .
Van de Venter mengkritik keberadaan sistem tanam paksa Ia mengusulkan agar pemerintah Belanda melakuakan politik balas budi yang lebih dikenal sebagai politik etis. Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Belanda mengadakan perbaikan di bidang irigasi, edukasi, dan transigrasi pada abad ke-20. Pelaksanaan politik etis ini sangat membantu kemajuan Indonesia di kemudiaan hari.
Baron Van Hoevel
Sesuai dengan kapasitasnya sebagai pendeta, ia menentang tanam paksa melalui khotbah-khotbahnya di gereja.
Kelompok liberal di negeri Belanda
Golongan mayoritas parlemen Belanda dikuasai oleh pihak konservatif, sementara golongan minoritas atau golongan oposisi adalah kaum liberal. Kaum liberal menyuarakan agar tanam paksa dihapuskan. Usulan tersebut mendapat simpati dari sebagian besar penduduk negeri Belanda dan rakyat Indonesia yang ada di sana.
Kemenangan kaum liberal pada pemilu 1860 merealisasikan usulan tersebut. Tanam paksa dihapuskan tahun 1870 dimulai dengan penghapusan tanam paksa tebu.
Pemerintah Belanda kemudian menerapkan Politik Pintu Terbuka dengan mengeluarkan Undang-Undang Agraria tentang kepemilikan tanah di daerah jajahan. Dalam pelaksanaannya, berdirilah perkebunan-perkebunan besar milik swasta dengan menyewa tanah rakyat. Selain itu, banyak dilakukan pembangunan jalan, irigasi, dan sarana pembangunan lainnya. Politik Pin tu Terbuka juga tidak banyak membawa manfaat bagi rakyat Indonesia. Muncul usulan Politik Balas Budi (Politik Etis) yang mulai dilaksanakan tahun 1900.